Namun BI tidak terlalu mengkhawatirkan pelemahan rupiah."Apa istimewanya rupiah 10.000?" ujar Gubernur Bank Indonesia Boediono usai Salat Jumat di kantor BI, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Jumat (24/10/2008).
Pernyataan itu keluar dari mulut mantan menko perekonomian ini ketika ditanya wartawan mengenai pengaruh pelemahan rupiah yang hampir menembus Rp 10.000 per dolar AS.
Boediono menuturkan mata uang dolar AS kini memang tengah perkasa terhadap mata uang asing, Indonesia juga terpengaruh. "Sekarang dolar menguat lho kepada banyak mata uang asing, rupiah itu konteksnya mata uang lain, kita tidak bisa melawan arus besar," ujarnya.
"BI tetap terus memantau pasar karena sedang melonjak-lonjak, pengamanannya terus dilakukan," ujarnya.
Cadangan devisa juga juga terus digunakan untuk melakukan intervensi di pasar mata uang. "Yang namanya cadangan pasti dipakai. Kadangkala dipakai cadangan kan begitu," ujarnya.
Saat ini likudiditas dolar di banyak negara itu berkurang karena dolarnya dibawa kembali ke negara asalnya. "Masalahnya itu bukan dari kita," tegas Boediono.
Rupiah bisa menguat kalau masalah kekurangan likuiditas di pasar global membaik. Sekarang di dunia mengalami 2 masalah keuangan yakni volatilitas dan kekurangan likuiditas terutama devisa.
"Itu yang kemudian membuat dampak yang kedua lebih parah yaitu resesi ekonomi dampak yang pertama ini harapan saya jangka pendek dalam waktu dekat bisa selesai atau bisa tenang kembali kembali ke keadaan normal suplai likuiditas cukup kita harapkan semua ikut enak. Nah yang resesi ini jangka panjang," ujarnya.
Sumber : detik finance
Tidak ada komentar:
Posting Komentar