Meraih Penghasilan Alternatif Di Saat Krisis

Di saat krisis finansial ini tidak hanya perusahaan yang berusaha bertahan hidup tetapi setiap individu berupaya mengoptimalkan pengeluaran dan penghasilannya. Alternatif bisnis selayaknya dipikirkan untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian di kemudian hari. Untuk itu tulisan ini memberikan sedikit ilustrasi bisnis yang memberikan alternatif penghasilan di saat krisis global.

Paradigma bisnis bergeser perlahan, namun pasti. Bukan hanya pemain bermodal kuat yang bisa menjalankan bisnis. Orang awam pun bisa menjadi pebisnis andal lewat usaha mandiri.

“Dulu untuk ngomong saja saya malu. Saya belajar banyak di bisnis ini. Bukan hanya uangnya, tapi saya bisa bantu orang lain dan memperoleh sesuatu dalam hidup saya,” ungkap Susanti Gunawan, Independent Consultant Oriflame, yang sudah 8 tahun menjalani bisnis sebagai downline Oriflame. “Saya bisa kasih training dan berbicara di depan umum. Kepercayaan diri saya timbul,” imbuhnya.

Di tempat lain, empat tahun lalu, tepatnya Februari 2006, posisi marketing manager di sebuah perusahaan properti ditinggalkan Fredi Darmawan. Enam bulan sebelumnya, September 2005, Fredi bergabung sebagai broker properti di ERA Permata, Senayan, Jakarta Pusat.

“Pertimbangan saya memilih profesi mandiri ini dan resign dari pekerjaan lama karena penghasilan yang lebih besar, kebebasan waktu, dan hubungan dengan keluarga jadi lebih baik. Saya bisa meluangkan waktu untuk istri dan anak lebih baik lagi,” Fredi mengungkapkan alasannya.

Hamdani, independent business owner Tiens (baca: Tianshi), perusahaan MLM dari China, pun tidak ragu menjalani bisnis multi level marketing (MLM) yang notabene penuh dengan tantangan. “Menjalani bisnis ini ada tantangannya dan melalui tantangan itu saya bisa mendapatkan reward, yaitu impian. Itulah mengapa saya memilih menjalani bisnis ini,” kata Hamdani yang dihubungi HC via telepon.

Bukan rahasia lagi bahwa pemain di bisnis mandiri seperti MLM, direct selling, agen asuransi, dan broker properti bisa mendapatkan penghasilan tidak terbatas. Angka jutaan, ratusan juta bahkan miliaran rupiah per bulan bukan mustahil bagi pemain andal yang serius menggarap ladang bisnis ini. Ambil contoh profesi broker properti. Menurut Fredi, prospek sebagai broker properti setidaknya untuk lima tahun mendatang akan sangat cerah. “Saya sudah menjalani bisnis ini dan prospeknya sangat cerah.

Ditambah, adanya kesungguhan pemerintah yang tecermin dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 33/M-DAG/PER/8/2008 tentang Perusahaan Perantara Perdagangan Properti,” kata Fredi bersungguh-sungguh. “Inti peraturan pemerintah tersebut adalah mewajibkan setiap transaksi properti dilakukan melalui agen properti yang tersertifikasi dan perusahaan yang memiliki izin usaha perantara properti. Mudah-mudahan kita bisa seperti di Singapura, Malaysia dan Amerika bahwa profesi broker itu sudah ada standarnya,” lanjutnya.

Kebebasan finasial juga menjadi salah satu target Hamdani, “Saya targetkan dalam lima tahun mendatang income saya mencapai Rp 100 juta/bulan,” katanya serius. Menurut Hamdani, di bisnis yang dijalaninya, income pada dasarnya tidak dibatasi. Sekarang ini ia mengaku sedang fokus membangun jaringan di dalam negeri dan tidak menutup kemungkinan untuk melebarkan sayapnya ke luar negeri. “Secara bisnis, Insya Allah, lima tahun ke depan saya sudah punya jaringan di luar negeri. Saat ini saya sudah ada jaringan di Malaysia dan Brunei, tapi saya belum terlalu fokus kepada mereka,” paparnya. Namun demikian, Hamdani berencana serius menggarap pasarnya di luar negeri mulai 2009. “Satu sampai dua tahun mendatang saya mau fokus di Hongkong dan tentu saja Malaysia dan Brunei,” katanya berencana.

Biasanya, ketakutan terbesar calon pebisnis adalah modal kerja yang diprediksi mencapai jutaan rupiah. Bagaimana dengan bisnis mandiri? Apakah juga butuh modal besar? “Modal pertama untuk memulai adalah kemauan, kerja keras, fokus, dan konsisten,” kata Susan panggilan akrab Susanti Gunawan.

Uang tentu saja dibutuhkan. “Namanya juga bisnis. Ini sebuah konsekuensi yang logis,” tutur Susan ringan. Di Oriflame, anggota dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 40 ribu/tahun dan Independent Consultant mendapatkan tester product dan kartu anggota. Sementara untuk perputaran modal, Susan mengaku dulu butuh modal Rp 500 ribu. “Saya sisihkan dari gaji yang tidak terlalu besar,” kata mantan sekretaris di PT Sosro dan Ongko Group yang bergabung di Oriflame sejak 2000 ini. “Kalau kita benar-benar menjalankannya, kita bergabung pagi, sorenya bisa kembali modal plus dapat keuntungan langsung,” lanjut Susan bersemangat.

Fredi mengamini Susan tentang dibutuhkannya modal awal. “Terus terang, modal dengkul saja tidak bisa. Selain otak, jaringan dan tenaga, kita pun butuh dana,” kata Fredi jujur. “Broker pemula di Singapura, setahu saya rata-rata menyiapkan Rp 50 juta,” kata Fredi. “Itu modal kerja. Kalau bagus dia akan fokus, tapi kalau tidak ya goodbye berarti dia tidak cocok sebagai broker,” Fredi menegaskan. Bagaimana di Indonesia? “Sekitar Rp 10 juta harus siap ya, tapi tidak harus langsung plek siap sebesar itu,” ujar Fredi memberi contoh.

Namun demikian, di bisnis ini uang bukan segalanya. Berkompetisi di tengah para pemain bisnis mandiri sudah merupakan hukum alam. Fredi, Susan, dan Hamdani punya cara sendiri untuk bisa tetap eksis. Kerja keras dan kerja cerdas adalah rumus Fredi. “Kerja keras kita harus rajin ke lapangan bertemu dengan klien dalam hal ini pembeli dan penjual,” papar Fredi seraya melanjutkan, “Sementara kerja cerdas artinya kita mengerjakan sesuatu harus ada skala prioritasnya. Mana yang paling memungkinkan untuk bisa ditransaksikan.”

Alumni fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran ini tidak segan berbagi triknya. “Saya pakai hukum Pareto. Angka yang saya pakai biasanya 80:20,” kata Fredi. Maksudnya? “Artinya kita punya 100 properti yang bagus-bagus, kita pilih 20 di antaranya yang terbaik dan paling memungkinkan untuk laku. Untuk 20 properti yang bagus itu, kita kerahkan 80% untuk fokus dan dana kita untuk memasarkannya,” tuturnya menjelaskan. Sedangkan lainnya, bukan tidak dikerjakan Fredi, tetapi ia memprioritaskan pada 20 properti andalannya. “Sejauh ini saya merasakan hasilnya luar biasa,” imbuh ayah tiga puteri kelahiran Jakarta, 5 Mei 1967 ini.

Susan yang mengakui sangat mencintai Oriflame juga tidak segan membagi strateginya. “Saya punya suatu standar pemasaran yang saya arahkan ke pasar korporat dan peluangnya menakjubkan,” ujarnya bersemangat. Mengapa memilih pasar korporat? Menurut Susan, jika menggunakan cara-cara lama, direct selling akan sulit. Ia mengubah strateginya dengan menawarkan proposal training ke perusahaan-perusahaan. “Perusahaan hospitality punya satu standar grooming bagaimana harus make up, dan lain-lain. Di situlah saya masuk,” katanya memberi contoh.



Sumber : portalhr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Manajemen Terbaru:

Related Posts with Thumbnails

Free From Artikel Manajemen:

Bidang Marketing:
*Ebook Marketing, "Relationship Marketing Strategy."
Download di sini.


*Jurnal Perilaku Konsumen, Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya.

Download di sini


*Jurnal Perilaku Konsumen, “The Theory of Planned Behavior and Internet Purchasing.”

Download di sini


*Jurnal Perilaku Konsumen, “The Effect of Corporate Image in the Formation of Customer Loyalty.”

(NEW) Tersedia di sini




Bidang Keuangan:

*Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan - Vol. 11 No.3, Januari 2009 - Bank Indonesia
Download di sini.


*Materi Presentasi Pre-Marketing ORI006
Download di sini


*Materi Seminar Prospek Investasi Di Pasar Modal Tahun 2009
Download di sini


*Booklet Perbankan Indonesia Edisi Tahun 2009
Download di sini


*Jurnal Keuangan, "Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas Terhadap Return Saham"

Download di sini

*Buku Panduan Indeks Harga Saham BEI

Download di sini




Bidang Sumber Daya Manusia:

Jurnal Sumber Daya Manusia, “Four Factors of Transformational Leadership Behaviour."

Download di sini

*Jurnal Sumber Daya Manusia, “Work Environment Effects on Labor Productivity : An Intervention Study in a Storage Building"

Download di sini

*Ebook, "What Type Are You ?"

Download di sini



Info Beasiswa:
Brosur Beasiswa Pembangunan Australia (ADS)
Beasiswa Unggulan Diknas

Link Blog Artikel Marketing: