"Kalau di tahun 2009 pertumbuhan ekonomi baru terjadi pada semester kedua maka pertumbuhan pembiayaan di Indonesia mungkin tergerus 20 persen," kata Wiwie
Ia mengatakan pertumbuhan pembiayaan hingga Agustus 2008 telah mencapai 24,5 persen. Angka tersebut memang lebih tinggi dibanding pertumbuhan pembiayaan 2007, di mana pertumbuhan pada Desember 2007 mencapai 16,17 persen.
"Namun memasuki tiga bulan terakhir 2008 akan terjadi perlambatan pada pertumbuhan pembiayaan, bahkan target 2008 sebesar Rp140 triliun akan meleset", ujarnya.
Kendala yang dihadapi perusahaan pembiayaan pada 2009 menurut Wiwie antara lain tingginya suku bunga perbankan, likuiditas perbankan akan semakin ketat, dan daya beli masyarakat akan semakin menurun.
Sementara itu, dari biro riset Infobank Eko B Supriyanto mengatakan, kredit untuk modal kerja 2009 masih memungkinkan. Tetapi untuk kredit konsumtif seperti kredit rumah, mobil, elektronik, kartu kredit, dipastikan turun.
"Jika pada Juli 2008 penjualan mobil sangat tinggi 60.000 unit, tapi pada Agustus dan September turun, itu karena suku bunga semakin tinggi," ujarnya.
Untuk pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dia mengatakan, hanya untuk kepemilikan pertama itupun dengan harga rumah di bawah Rp250 juta atau justru di atas Rp5 miliar.
Sedangkan untuk elektronik tanda-tanda perlambatannya sudah terjadi pada September lalu dimana tidak ada lonjakan pembelian setelah pemberian Tunjangan Hari Raya (THR), ujar Eko.
Nampaknya sudah saatnya waspada menyambut datangnya krisis ini.
Sumber : www.mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar